Kaget betul saya ketika membaca berita salah satu organisasi himpunan mahasiswa mengadakan kongres berujung ricuh dan saling lempar bangku. Menurut KBBI kata ricuh berarti ribut; cekcok; campur aduk tidak keruan; kacau. Sebagai mahasiswa baru tentu saya berpikir bahwa kongres organisasi mahasiswa itu seperti kongres yang damai, demokratis, cerdas, dan saling menghormati marwah satu sama lain.
Berita lain menyusul bahwa organisasi pemerintahan mahasiswa yang cakupannya seluruh Indonesia pesertanya banyak yang walk out karena ketidasepahaman antara peserta musyawarah nasional (Munas) dengan panitia penyelenggara munas. Bayangan saya terhadap demokrasi yang dijunjung tinggi dalam organisasi mahasiswa nyatanya gugur pada saat membaca berita tersebut.
Entah siapa yang benar, siapa yang salah tapi perlukah kita berhimpun atas dasar untuk memperjuangkan ego masing-masing? kepentingan masing-masing?. Saya rasa kita berhimpun untuk mencari suatu mufakat dimana semuanya punya hak bersuara dan punya kewajiban mendengarkan suara yang lainnya.
Saya jadi teringat pada peribahasa yang berbunyi Bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakaik yang artinya adalah Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat satu peribahasa dari Demokrasi Minangkabau yang bermakna luar biasa bagi kita sebagai mahasiswa yang akan jadi penerus bangsa.
Saya rasa perlulah kita belajar dari para pendiri bangsa bagaimana cara mereka berhimpun, bermusyawarah, melakukan kongres, bahkan menghasilkan suatu mufakat yang kuat dan bertahan hingga saat ini, saat dimana zaman kemajuan telah menerangi bangsa Indonesia.
Pemahaman yang berbeda akan terus ada sampai kapanpun sepanjang zaman, kita tidak dapat menafikan perbedaan pandangan, tapi bagaimana cara menyikapinya kita masih harus belajar banyak. Perbedaan pandangan bukan berarti harus mengangkat bangku apalagi senjata, perbedaan pandangan bukan berarti yang berbeda harus ditinggal kedinginan diluar. Perbedaan pandangan seharusnya mewarnai indahnya mufakat. "Holopis Kuntul Baris"
Memang tidak mudah mengikat banyak perbedaan dalam satu ikatan, tapi percayalah jika kita berhimpun dan datang semata-mata hanya untuk ikut serta dalam pengembangan dan kemajuan serta melepaskan segala subjektivitas pada diri kita maka kita akan berhimpun pada sesuatu himpunan yang gemah ripah.
Dari saya mahasiswa baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar